Pertamina EP Pendopo Field bekerja sama dengan pemerintah kabupaten dan desa setempat guna mendorong kelompok mitra binaan ekspor pinang - Foto: detikcom/Anisa Indraini
Buah Pinang Batara yang dulunya hanya dianggap sebagai sampah, kini telah berubah menjadi komoditas bernilai tinggi yang diekspor ke berbagai negara, termasuk Eropa. Kisah sukses ini berasal dari Desa Sukakarya, Kecamatan STL Ulu Terawas, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, di mana pinang yang dulu tak bernilai kini menjadi sumber pendapatan utama masyarakat.
Transformasi Buah Pinang Menjadi Komoditas Ekspor
Pinang Batara banyak tumbuh di Desa Sukakarya. Sebelumnya, masyarakat enggan memanen pinang karena harganya yang rendah, sekitar Rp 4.000 per kilogram di pasar lokal. Namun, dengan dukungan dari PT Pertamina EP Pendopo Field, Desa Sukakarya kini melangkah lebih jauh dengan mendorong ekspor pinang dan berbagai produk turunannya seperti bandrek.
Peran Pertamina EP Pendopo Field dalam Pemberdayaan Masyarakat
Dengan program Creating Shared Value (CSV), Pertamina EP tidak hanya fokus pada produksi energi, tetapi juga pada pemberdayaan masyarakat lokal. Mereka bekerja sama dengan pemerintah setempat untuk memberikan pelatihan dan pendampingan kepada warga terkait proses ekspor pinang. Berkat program ini, warga kini bisa menjual pinang dengan harga lebih tinggi, yaitu sekitar Rp 6.000 per kilogram.
Inovasi Ekstrak Pinang Sebagai Korosi Inhibitor
Selain untuk ekspor, ekstrak buah pinang juga dimanfaatkan untuk produk inovatif, yakni sebagai korosi inhibitor alami yang ramah lingkungan. Bersama Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM), Pertamina EP Pendopo Field mengembangkan korosi inhibitor berbahan dasar ekstrak pinang yang lebih murah dan aman dibandingkan inhibitor kimia.
Manfaat Ekonomi Bagi Masyarakat
Program ini telah membantu masyarakat Desa Sukakarya meningkatkan pendapatan mereka. Ketua Kelompok Wanita Tani "Melati", Suhartini, menyebutkan bahwa ekspor pinang dan produk turunannya seperti bandrek telah mendatangkan omzet hingga Rp 50 juta per tahun. Produk ini telah diekspor ke Malaysia dan akan segera menyusul ke Dubai dan Eropa.
Tantangan dan Harapan di Masa Depan
Keberhasilan ini tentunya tidak lepas dari berbagai tantangan yang dihadapi. Untuk ke depan, Desa Sukakarya perlu meningkatkan kapasitas produksi dan teknologi agar dapat bersaing di pasar internasional. Namun, keberhasilan program ini menjadi contoh bahwa dengan kerja sama yang baik antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat, potensi lokal dapat dimanfaatkan secara optimal.
Kesimpulan
Kisah sukses Pinang Batara di Desa Sukakarya menunjukkan bahwa limbah dapat diubah menjadi komoditas bernilai ekonomi tinggi dengan inovasi dan dukungan yang tepat. Dengan kolaborasi antara Pertamina EP Pendopo Field, UGM, dan pemerintah desa, pinang kini menjadi komoditas yang diekspor hingga ke Eropa, dan masyarakat setempat mendapatkan manfaat ekonomi yang signifikan.